JUDUL 4 : keajinan yang
menjadi bisnis dari botol bekas
Pendahuluan
Pola yang ada sekarang tentang cara untuk memuaskan kebutuhan
merupakan suatu akibat dari adanya proses perkembangan secara histories dalam
jangka panjang. Dalam suatu masyarakat yang primitif orang harus memenuhi
kebutuhannya sendiri, tidak tergantung pada yang lain. Yang harus mereka penuhi
terutama kebutuhan akan makanan, pakaian, dan perumahan. Untuk mendapatkan
makanan mereka dapat berburu binatang atau bertani/bercocok tanamdi
daerah-daerah yang dianggap subur.
Setelah meninggalkan cara hidup yang berpindah-pindah, mereka
mulai melakukan cara hidup yang lebih baik. Kegiatan perdagangan mulai
dilakukan setelah masing-masing keluarga merasa kelebihan barangatau peralatan
yang dibutuhkan. Jadi sistem perekonomian yang ada masih dilakukan secara
barter. Akhirnya mereka merasakan keuntungan dengan adanya pembagian kerja
menurut jenis kebutuhannya. Dalam hal ini satu rumah tangga atau keluarga hanya
membatasi diri terhadap produksi beberapa jenis barang ini disebut spesialisai
(penyebaran secara horizontal). Makin banyak jumlah kebutuhan, makin melebarlah
spesialisasi tersebut.
Semakin
majunya suatu masyarakat pertukaran barang tidak dilakukan secara barter,
tetapi sudah menggunakan alat pembayaran berupa uang. Dengan ini orang dapat
memperoleh semua kebutuhannya.
Selain spesialisasi, pertukaran dapat pula ditimbulkan oleh
adanya diferensiasi, yaitu dari bahan dasar yang sama terjadi berbagai jenis
produk. Di samping proses penyebaran (dispersi), terdapat pula proses penyatuan
(konsentrasi) di mana masing-masing kegiatan secara keseluruhan merupakan satu
kesatuan. Apabila konsentrasi itu dilakukan secara horizontal, disebut
paralelisasi. Apabila beberapa tingkat rangkaian pengerjaan suatu barang yang
sebelumnya dikerjakan oleh beberapa perusahaan, sekarang dikerjakan (disatukan)
dalam satu perusahaan disebut integrasi (penyatuan secara vertikal).
- Tak
perlu mempunyai jiwa seni untuk membuat sebuah barang menjadi unik. Asal ada
kemauan, apapun yang Anda pegang bisa unik bahkan bisa menghasilkan uang
banyak.
ISI
Lihat saja
Bob Novandy. Kesadarannya akan lingkungan membuat pria ini mengolah barang
bekas menjadi barang berharga. Istilahnya, dia mendaur ulang barang tersebut
menjadi sesuatu yang lebih berguna dan bisa digunakan oleh siapapun.
Awal mula
dia mengembangkan bisnis daur ulang botol bekas pun cukup unik. Kalau bukan
karena sang anak, mungkin hingga kini bisnisnya tak pernah ada. Sang anak yang
menderita autis sejak 2003, selalu membuang sampah bekas air mineral secara
sembarangan di depan mata pria yang akrab disapa Bob ini.
"Waktu itu
saya masih kerja di DPR jadi sekretaris pribadi di Komisi I tahun 2003. Anak
saya yang kedua autis. Dialah yang membuat saya mikir untuk melakukan tugas
negara atau tugas keluarga. Setiap mengantar anak saya ke sekolah, dia selalu
kabur. Nah, dia suka minum air mineral dan dibuang saja, saya ambil, ini buang
sampah di depan saya, apalagi yang enggak saya lihat, ini yang bikin
banjir," ceritanya kepada okezone, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lepas itu,
dirinya iseng membuat sesuatu yang unik dari botol-botol bekas yang tak sengaja
dikumpulkannya. Hasilnya, ternyata selain lucu juga banyak peminatnya. Dirinya
bisa membuat lampion, mobil-mobilan, hingga lampu klasik. Dia menambahkan, awal
pertama kali karyanya ketika berpartisipasi membuat janur yang bahannya berasal
dari botol dan bambu pada saat 17 Agustusan.
"Setiap
pulang kerja, akhirnya saya cari-cari botol. Jadi keasikan sendiri. Terus saya
bikin-bikin sendiri dan bisa jadi lampion, lampu, ternyata makin lama makin
asik. Saya bikin semuanya sendiri," tukas pria kelahiran 12 November 1955
itu.
Bob pun
dalam menjalankan bisnisnya hanya bekerja sendiri. Di mana pekerjaan ini
diakuinya membutuhkan ketelitian. Namun apabila sedang banyak orderan, dia akan
memberdayakan anak-anak muda di sekitar lingkungannya untuk membantu.
Kesabaran,
banyak berzikir, membuatnya mampu bertahan, di kala dirinya sudah tidak lagi
bekerja di lingkungan DPR. Karya pertama yang dibuatnya pun berupa lafaz
tulisan Allah yang dibuat dari 99 botol.
"Karya
saya sekarang ada di Taman Safari ada 280 unit di Balairiung, Hotel Safari
Garden ada 80 unit. Ada juga yang sudah sampai Hong Kong berupa lampion. Jadi
diambil dari untuk merchandise dari Coca Cola dikirim ke Hong Kong untuk Coca
Cola sana," tukas pria lulusan IISIP ini bangga.
Dia
menjelaskan, untuk membuat semua karyanya tersebut tak membutuhkan modal yang
besar. Sekira Rp100 ribu. Dia pun menyebut modalnya hanya butuh KGB, CIA, dan
FBI. Apa itu? Ternyata Kater, Gunting, Botol (KGB), Cat, Inovasi, Apresiasi
(CIA), serta Fantasi, Budaya, Indonesia (FBI).
"Modal
awal paling Rp100 ribu lah, jadi itu untuk semua, kater, gunting, lem tembak.
Saya cari botol ke lapak pemulung, saya beli kiloan, per kilo cuma Rp4 ribu.
Jadi semua enggak dikonsep, apa yang ada di otak saya saja, semua sudah
diperhitungkan, dan saya juga enggak pernah ke sekolah seni," tandasnya.
Demi ingin
membagi ilmunya, dia pun membuka workshop di rumah di Jalan Jeruk Manis VI
nomor 59 Jakarta Barat. Ini dilakukannya agar orang mulai sadar lingkungan, dan
bisa membuat sesuatu yang bekas menjadi berharga. Dia pun tak memungkiri bila
ada kendala yang menimpa bisnisnya, seperti masalah hak cipta dan kurang
luasnya wadah untuk menapung apresiasinya.
"Saya
butuh tempat yang lebih besar lagi, kalau perlu bikin museum, jadi bisa nampung
semua. Selain itu untuk hak cipta juga mahal. Pernah saya mau ke Ditjen Haki,
saya bayar Rp600 ribu per item, mahal. Jadi saya berencana mau bikin buku.
Pemerintah harus mikir itu," tegasnya.
Untuk omzet,
dirinya tidak bisa memastikan pemasukan yang datang per bulan. Karena semua
berdasarkan pesanan dan hasilnya selalu berbeda-beda serta dari tingkat
kesulitan membuat suatu karya. Sehingga, baginya ini merupakan karya seni yang
tak bisa dinilai harganya.
"Lampion ini paling banyak peminatnya. Modalnya
cuma Rp20 ribu kalau enggak pakai lampu dan dijual Rp100 ribu," ujarnya.
Penutup
Bisnis ini
juga sangat baik karena dapat menambah kreatifitas si pembuatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar